CONTOH SOAL UNTUK UJIAN KOMPUTER

BAGI SISWA YANG AKAN BERLATIH MENGERJAKAN SOAL-SOAL UNTUK PERSIAPAN UJIAN KOMPUTER, ANDA BISA

DOWNLOAD CONTOH SOAL DIBAWAH INI

LATIHAN SOAL EXCEL BAHAN UJIAN

CONTOH SOAL UJI PRAKTIK WORD

CONTOH SOAL TEORI UNTUK UJIAN KOMPUTER

KEMAUAN DAN KEINGINAN YANG KUAT UNTUK BISA ADALAH KUNCI KEBERHASILAN ANDA

SELAMAT BERLATIH !

Mengoperasikan software aplikasi

Tulisan ini merupakan materi untuk kelas XI Adm. Perkantoran. Silahkan Anda download.MENGOPERASIKAN SOFTWARE APLIKASI

bordiran asli tasikmalaya

Andaikan ingin tampil menawan, inilah solusinya !

MAKALAH KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF

UNTUK MENCAPAI VISI SEKOLAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan

Oleh :

KURNIAWAN

NIM : 82321213110

PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH

C I A M I S

2012

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah “Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif untuk Mencapai Visi Sekolah”.

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas Galuh Ciamis.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari sistimatika penyusunannya, penggunaan bahasa, maupun kedalaman materi. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang sifatnya konstruktif guna perbaikan makalah ini. Pada kesempatan ini Penulis tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Rektor Universitas Galuh Ciamis
  2. Direktur Pasca Sarjana Universitas Galuh Ciamis
  3. Prof. Suherli, selaku Dosen Kepemimpinan Pendidikan Universitas Galuh Ciamis.
  4. Seluruh teman mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Galuh Ciamis

Semoga bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Amien.

Tasikmalaya,    Nopember 2012

Penyusun

 

DAFTAR ISI

Kata Pengatar

Daftar isi

 

BAB I PENDAHULUAN

  1. Lata Belakang

  1. Tujuan

  1. Rumusan Masalah

  1. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA KEPEMIMPINAN

SEKOLAH YANG EFEKTIF

  1. Kepemimpinan Pendidikan

  1. Pengertian kepemimpinan pendidikan

  1. Tipe kepemimpinan pendidikan

  1. Model kepemimpinan pendidikan

  1. Kepemimpinan Pendidikan Produktif, Berkualitas, Efektif dan Efisien

  1. Ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah yang efektif

BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan

  1. Saran

 

 

BAB I

P E N D A H U L U A N

 

  1. A.   Latar Belakang

Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004.

Tantangan ini akan dapat teratasi bila kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dapat menerapkan manajemen sekolah secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan atau visi secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien. Oleh karena itu dibutuhkan calon-calon kepala sekolah yang betul-betul memiliki kompetensi untuk menunjang tugas-tugasnya sebagai pemimpin pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional mengeluarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah dan Permendiknas No. 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.

 

  1. B.   Tujuan

Tujuan dari makalah ini :

Memberikan arah dan langkah konkrit bagi seorang kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya untuk mencapai tujuan atau visi secara produktif, berkualtias, efektif dan efisien.

 

  1. C.   Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami berikan batasan sebagai berikut :

  1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan, dan model-model serta tipe-tipe kepemimpinan yang bagaimana yang dapat menunjang keberhasilan kepemimpinan pendidikan.
  2. Kepemimpinan bagaimanakah yang dikatakan kepemimpinan produktif, berkualitas, efektif dan efisien.
  3. Kompetensi apa sajakahkah yang harus dimimiliki seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan untuk mencapai kepemimpinan yang produktif, berkualitas, efektif dan efisien.


 

  1. D.   Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat memberikan pelajaran  bagi penulis khususnya untuk bekal awal apabila suatu saat diberikan kesempatan memimpin sekolah.

 

 

 

BAB II

P E M B A H A S A N

TINJAUAN PUSTAKA KEPEMIMPINAN SEKOLAH YANG EFEKTIF

  1. A.   Kepemimpinan Pendidikan
  2. 1.   Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Banyak para ahli memberikan definisi mengenai pengertian kepemimpinan dan teori kepemimpinan. Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh sesorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”. ( Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009:125)

Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. ( Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009:126)

Menurut Dra. Taty Rosmiati, M.Pd. dan Dedy Achmad Kurniady, M.Pd. Tim Dosesn Administrasi Pendidikan UPI bahwa “Guru, wali kelas, kepala sekolah, pengawas, kepala kantor bidang pendidikan pada semua tingkatan, semua tenaga edukatif pada kantor dinas kepala direktorat dalam lingkungan direktorat jenderal pendidikan, ketua jurusan, dekan, rektor dan pembantu-pembantunya pada sekolah tinggi, akademik, institut dan universitas, ahli-ahlli ilmu pendidikan dan masih banyak lagi, merupakan pemimpin-pemimpin pendidikan. Pada pokoknya setiap orang yang memiliki kelebihan dalam kemampuan dan pribadinya, dan dengan kelebihannya itu dapat mempengaruhi, mengajak, membimbing, mendorong, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran, maka ia telah melaksanakan fungsi kepemimpinan pendidikan, dan ia tergolong sebagai pemimpin pendidikan”. (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Administrasi Pendidikan, 2009:140).

  1. 2.   Tipe Kepemimpinan Pendidikan

Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu :

1)   Tipe otoriter

Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian”. Dalam tipe kepemipinan ini pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis dari para anggota-anggota kelompok kepada pemimpinnya.

2)   Tipe Laissez-faire

Dalam tipe kepemimpinan ini, pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya, Pemimpin tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya. Tingkat keberhasilan semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi bawahannya, struktur organisasi tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.

3)   Tipe kepemimpinan demokratis

Pemimpin demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

4)   Tipe psoudo-demokratis

Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Tipe ini hanya tampaknya saja demokratis padahal sebenarnya bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran atau konsep-konsep yang ingin diterapkan , maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/ pikiran/ konsep tersebut sebagai keputusan bersama.

  1. 3.   Model  Kepemimpinan Pendidikan

Model-model kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan diantaranya :

1)   Model Kepemimpinan Visioner

Model kepemimpinian visioner merupakan kepemimpinan yang relevaan dengan tuntutan “school base management” dan didambakan bagi produktivitas pendidikan. Kepemimpinan yang kerja fokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agent of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah profesionalisme kerja yang diharapkan.

Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang harus :

  1. Memahami konsep visi

Lee Roy Beach (1993:50) mendevinisikan visi sebagai berikut “vision defines the ideal future, perhaps implying retention of the current culture and the activities, or perhaps implying change”. (Visi menggambarkan masa depan yang ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang sekarang dan aktivitas, atau barangkali menyiratkan perubahan).

  1. Memahami karakteristik dan unsur visi

Suatu visi memiliki karakteristik sebagai  berikut :

a)    Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasikan

b)   Mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standar excelent

c)    Menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen

d)   Menciptakan makna bagi bagi anggota organisasi

e)    Merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi

f)     Menyirtkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi

g)   Konstektual dalam artimemperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan.

  1. Memahami tujuan misi

Visi yang baik memiliki tujuan utama :

a)    Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi

b)   Memotivasi karyawan untuk bertindak dan arah yang benar

c)    Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu dari orang yang berbeda-beda.

(Tim Dosen Administrasi Pendidikan dalam Buku Administarasi Pendidikan , 2009 : 143)

Langkah-langkah menjadi seorang visionary leadership :

1)   Penciptaan visi

2)   Perumusan visi dengan vase sebagai berikut :

  1. Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
  2. Merumuskan strategi secara konsensus
  3. Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.

3)   Transformasi visi, kemampuan membangun kepercayaan melalui komunikasi yang intensif dan efektif sebagai upaya shared vision pada stakeholders, sehingga diperoleh sense of belonging dan sense of ownership.

4)   Implementasi visi, merupakan kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan. Pemimpin yang bervisi bekerja dalam empat vilar seperti yang dikatan Nanus (2001), yaitu : (1) penentua arah, (2) agen perubahan, (3) juru bicara, (4) pelatih dan komunikator

 

2)   Model Kepemimpinan Transformasional

Model kepemimpinan transformasional :

1)   Pemimpin selalu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan

2)   Pemimpin mendefinsikan, mengkomunikasikan dan menartikulasikan visi organisasi dan bawahan harus menerima danmengakui kredibilitas pemimpinnya :

  1. Mengartikulasikan visi organisasi yang realistik
  2. Menstimulasi bawahan dengan cara intelek
  3. Menaruh jperhatian pada perbedaan-perbedaan bawahan

Dimensi Kepemimpinan transformasi

1)   Idealis dan kharismatis

2)   Memotivasi dan menginspirasi

3)   Menstimulasi intelektual

4)   Menumbuhkan ide-ide baru

5)   Mendorong lahirnya solusi yang kreatif

 

Seorang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional jika dia mampu mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia ataupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.

3)   Model Kepemimpinan Transaksional

  1. Pemimpin yang menekankan pada otoritas birokrasi
  2. Pemimpin yang menerapkan legitimasi organisasi sehingga menekankan pada apa yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi
  3. Pemimpin yang menfokuskan pada penyelesaian tugas-tugas organisasi dengan berorientasi pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman pada bawahan.

 

  1. B.   Kepemimpinan Pendidikan Produktif, Berkualitas, Efektif dan Efisien.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu menerapkan manajemen pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang produktif, berkualitas, efektif dan efisien.

  1. Produktif adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat diukur dengan kuantitas dan kualitas.

Produktivitas dalam ukuran kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya lainnya.

Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketepatan menggunakan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan dengan waktu yang tersedia dan mendapat respon positif, dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya.

  1. Kualtias menunjukan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/ atau jasa (service) tertentu berdasarkan ertimbangan objektif atau bobot dan/ atau kinerjanya (Pfeffer end Coote, 1991).

Mutu atau kualitas adalah jasa atau produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan.

  1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni (1964:187) mengatakan bahwa “ kefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya”. Sedangkan menurut Sergiovani (1987:33) yaitu “kesusuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”.

Efektivitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil ainnya, siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya.

  1. Efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input/ sumber daya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan pendidikan dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.

(Tim dosen Universitas Pendidikan Indonesia : 2009 : 88)

 

 

  1. C.   Ciri-ciri Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Hasil-hasil penelitian tentang kepemimpinan sekolah dasar dan sekolah menengah menunjukkan bahwa kepala sekolah yang baik menunjukkan ciri-ciri antara lain memiliki visi yang jelas, kepemimpinan yang kuat dan memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja guru (Davis dan Thomas, 1989: 57; Sergiovanni, 1987a: 89; DeRoche, 1987:23). Scheerens dan Bosker (1997: 207) berpendapat bahwa yang membedakan antara sekolah yang kualitasnya baik dengan sekolah yang kualitasnya biasa adalah kepemimpinan kepala sekolahnya. Goldhammer dan Becker (Davis dan Thomas, 1989: 17) juga menyatakan bahwa dalam sekolah yang bagus tidak dapat dihindari akan dijumpai kepala sekolah yang agresif, dinamis dan secara profesional berhati-hati dalam menyediakan program-program pendidikan yang dianggap penting. Tidak ada sekolah baik dengan kepala sekolah jelek, atau sekolah jelek dengan kepala sekolah baik.

Banyak sekolah yang gagal berbalik menjadi sukses, dan sekolah yang bagus menjadi merosot dengan tajam. Membaik dan memburuknya sekolah dapat dilacak dari kualitas kepala sekolahnya (Davis dan Thomas, 1989: 17). Menurut Purkey dan Smith (DeRoche, 1987: 2; Scheerens dan Bosker, 1997: 154),

indikator yang menggambarkan ciri sekolah yang efektif adalah manajemen berbasis sekolah dan pengambilan keputusan secara demokratis, kepemimpinan instruksional, waktu belajar maksimal, perencanaan kolaboratif dan adanya pola hubungan kolegial di antara para guru.

DeRoche (1987) memberikan ciri sekolah efektif adalah bila kepala sekolah aktif mengatasi dan menyelesaikan masalah pengajaran dan pembelajaran, mengobservasi kelas, kepala sekolah dan staf pengajar memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa. Sementara itu, Edmons dan Weber (Caldwell dan Spink, 1992: 53) mencirikan sekolah efektif antara lain memiliki kepemimpinan pengajaran yang kuat, dan memiliki kepala sekolah yang mampu membuat keputusan yang jelas, konsisten dan adil. Selain memiliki ciri kepemimpinan instruksional yang kuat, kajian sekolah efektif yang dilakukan para peneliti pada umumnya juga mencirikan adanya suasana sekolah yang aman dan teratur, dan pentingnya faktor budaya sekolah (Sergiovanni, 1987a).

Ada tiga masalah yang secara tidak langsung sering dikaitkan dengan tanggung jawab kepala sekolah, yaitu manajemen konflik, pengambilan keputusan dan memperkenalkan perubahan organisasi pada sekolah yang dipimpin (Blumberg dan Greenfield, 1980). Melalui kerja sama dengan administrator sekolah dari berbagai tingkatan diyakini bahwa kepala sekolah yang efektif adalah jika kebijakan perubahan yang dibuat dapat diimplementasikan dengan lancar.

Pada umumnya para pengawas sekolah lebih senang jika konflik yang muncul di sekolah dapat dikelola oleh kepala sekolah yang bersangkutan.  Sergiovanni, dkk. (1987b: 293) mengidentifikasi ada lima ciri kepala sekolah yang mengagumkan (admirable), yaitu

1)     memiliki pemahaman yang luas terhadap sekolah yang dipimpin (what the school is about), terutama mengenai keteraturan sekolah, kesesuaian situasional, dan perubahan-perubahan yang terjadi;

2)     sulit mengatakan ‘tidak’ untuk membantu para siswa dan guru agar tumbuh dan berkembang;

3)     memiliki kemampuan ‘mendengarkan’;

4)     senang bekerja sama dengan orang lain sehingga orang lain tersebut dapat berhasil;

5)     toleran terhadap situasi ambiguitas, dan memahami bahwa budaya sekolah terus berkembang sepanjang waktu.

Ada tiga faktor yang dipandang dapat menjadi indikasi keberhasilan kepala sekolah yang efektif (Blumberg dan Greenfield, 1980). Ketiga faktor tersebut adalah

1)   keinginan dan harapan untuk menjadikan sekolah yang dipimpin lebih dari sekolah-sekolah lain, dan mampu menstrukturisasi waktu dan harapannya sedemikian rupa sehingga memungkinkan kepala sekolah yang bersangkutan mencapai tujuan pribadinya sebagai kepala sekolah;

2)     kecenderungan berinisiatif dan memulai tindakan proaktif terhadap situasi kerjanya, dan

3)     memiliki kemampuan untuk tidak ditenggelamkan oleh lembaganya. Kepala sekolah tidak dapat mengabaikan tuntutan sekolahnya, tetapi lebih dapat dikatakan mampu memuaskan dengan menggunakan sedikit porsi waktu dan energi, atau memanfaatkan personel lain untuk memenuhi tuntutan organisasi sekolahnya.

Menurut Goldhammer dan Becker (Sergiovanni, dkk. 1987b: 30) dalam kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat ditemukan ciri-ciri

1)  secara umum pada mulanya hanya ingin mengajar dan tidak ingin menjadi kepala sekolah, tetapi kemudian mendapat dorongan dari para seniornya untuk menjadi kepala sekolah,

2)  memiliki komitmen yang kuat terhadap pendidikan,

3)  agresif dalam mengupayakan kebutuhan-kebutuhan sekolah,

4)  sangat antusias dan menerima tanggung jawab sebagai misi bukan sebagai pekerjaan (job),

5)  memiliki sifat sebagai ahli strategi (strategist),

6)  mampu beradaptasi dengan baik,

7)  memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dan

8)  menekankan tanggung jawabnya terhadap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi para muridnya.

Untuk melakukan perbaikan kepemimpinan sekolah, Patterson, dkk. (1986:109) memberikan pandangannya berikut ini,

1)  kepala sekolah adalah pemimpin kunci, tetapi bukan satu-satunya yang dapat memimpin untuk melakukan perbaikan, karena kepemimpinan juga dapat berasal dari guru dan staf administrasi;

2)  kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat memanfaatkan suara lain, yaitu dengan lebih demokratis dan sensitif terhadap hubungan antar manusia;

3)  bukan hanya gaya kepemimpinan, tetapi tingkah laku juga dapat bervariasi dan sama-sama dapat menjadi kepala sekolah yang efektif;

4)  yang dilakukan kepala sekolah mungkin saja berbeda dengan yang mereka akan lakukan pada sekolah lain yang memiliki struktur organisasi yang berbeda;

5)  kepala sekolah memerlukan bantuan dan pelatihan untuk memperoleh keterampilan memimpin, merlukan dukungan jika berhadapan dengan pengalaman baru, dan perlu akses yang baik terhadap sumber yang diperlukan agar dapat mengimplementasikan kebijakan dan program-programnya.

Selain pandangan dalam perbaikan kepemimpinan sekolah, Patterson, dkk. (1986: 106) juga memberikan pedoman yang prinsip dalam melakukan perbaikan sekolah, yaitu

1)  hindari kecenderungan berpikir ‘hanya jika’, misalnya sekolah akan baik hanya jika gurunya lebih baik atau hanya jika disediakan teknologi pengajaran yang baik, karena teknologi sendiri tidak dapat membalik dari sekolah yang tidak baik menjadi baik;

2)  berpikir secara politis mengenai bagaimana staf dapat bekerja sama, artinya kepala sekolah harus mampu menganalisis sekolah bukan hanya secara budaya, tetapi juga adanya aktor-aktor kunci lain yang keberadaannya perlu diakui sebagai kelompok yang memiliki kepentingan;

3)  pemberdayaan orang lain dengan pendekatan pembentukan tim (team buiding), desentralisasi pengambilan keputusan, memberi otonomi kepada para guru dan demokrasi dalam pengambilan keputusan.

Tujuan pendidikan vokasional adalah untuk mengurangi ketergantungan siswa secara ekonomi terhadap keluarga dan masyarakat dengan cara mengembangkan pemahaman, sikap dan keterampilan yang memadai yang diperlukan untuk bekerja (Sergiovanni, 1987a). Gorton (1976: 13) menyatakan bahwa :

Sekalipun pandangan mengenai sekolah harus menyiapkan siswa untuk berperan dalam masyarakat masih dapat diperdebatkan, tetapi perlu ditekankan adanya bukti bahwa pada akhirnya persiapan itu memang harus dilakukan. Sekolah harus menyiapkan anak untuk menjadi pebelajar yang mandiri untuk keperluan pendidikan karier (career education), pengembangan kepribadian (personality development), dan pengembangan kognitif.

Bentuk pendidikan kejuruan (vocational education) pada jaman dulu yang penting untuk dikemukakan adalah pemagangan (apprenticeship). Bahkan sejak tahun 2100 SM, pemagangan telah menjadi sarana utama dalam menyediakan layanan pendidikan untuk bekerja (education for work). Sejak abad 16 terjadi perubahan terhadap pendekatan pendidikan kejuruan setelah munculnya konsep belajar sambil bekerja (learning by doing). Para pendidik menyadari pentingnya nilai (value) kerja diberikan melalui sebuah proses membuat suatu barang menggunakan tangan atau peralatan dengan terampil (Finch dan McGough, 1982: 5).

Fungsi pendidikan kejuruan pada awal perkembangannya adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan masyarakat. Sementara pemenuhan kebutuhan tenaga kerja tetap merupakan fungsi penting, perkembangan selanjutnya juga menekankan pada fungsi untuk memperkaya (enrich) kehidupan orang-orang yang dilayani. Pendidikan kejuruan dapat memotivasi peserta didik yang berminat menyiapkan diri untuk menguasai jenis pekerjaan tertentu, kemudian menemukan bahwa bidang yang sebelumnya ditolak di kemudian hari menjadi penting bagi penampilan kerja mereka di lapangan (Wenrich dan Wenrich, 1974: 34).

Kecenderungan pendidikan sekarang menunjukkan upaya untuk memberikan penekanan pada kemandirian dalam belajar, atau penemuan cara pembelajaran yang memungkinkan siswa meningkatkan kebebasan dalam memilih pengalaman pendidikan yang disukai. Tetapi tujuan pendidikan kejuruan yang mencakup penguasaan teknis dan pengembangan kebiasaan kerja yang aman dan efisien, ditambah dengan keterbatasan phisik dan resiko keselamatan yang melekat pada kebanyakan bengkel-bengkel pendidikan kejuruan, dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang menekankan kebebasan memilih pengalaman pendidikan yang disukai ini (Storm, 1979: 141).

(http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2012/01/01/ciri-ciri-kepala-sekolah-yang-efektif-2/)

Untuk menghasil Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang dapat bekerja secara produktif, berkualtias, efektif dan efisien pemerintah mengeluarkan permendiknas no 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah. Dalam lampiran permend tersebut dijelas mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yaitu :

  1. 1.   Kompetensi Kepribadian

1)   Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas  disekolah/ madrasah.

2)   Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3)   Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/ madrasah.

4)   Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

5)   Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.

6)   Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

  1. 2.   Kompetensi Manajerial

1)   Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2)   Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan.

3)   Memimpin sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.

4)   Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/ madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

5)   Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kon-dusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6)   Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal.

7)   Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

8)   Mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.

9)   Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan danpengembangan kapasitas peserta didik.

10)Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dantujuan pendidikan nasional.

11)Mengelola keuangan sekolah/ madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

12)Mengelola ketatausahaan sekolah/ madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.

13)Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajarandan kegiatan peserta didik disekolah/ madrasah.

14)Mengelola sistem informasi sekolah/ madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15)Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran danmanajemen sekolah/ madrasah.

16)Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

  1. 3.   Kompetensi Kewirausahaan

1)   Menciptakan inovasi yangberguna bagi pengembangan sekolah/ madrasah.

2)   Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/ madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

3)   Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fung-sinya sebagai pemimpin sekolah/ madrasah.

4)   Pantang menyerah dan selalumencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/ madrasah.

5)   Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

  1. 4.   Kompetensi Supervisi

1)   Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka pe-ningkatan profesionalisme guru.

2)   Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3)   Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalamrangka peningkatan profesionalisme guru.

  1. 5.   Kompetensi Sosial

1)   Bekerja sama dengan pihak lainuntuk kepentingan sekolah/ma-drasah

2)   Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3)   Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

 

 

 

 

 

BAB III

P E N U T U P

  1. A.   Kesimpulan

Banyak model dan tipe dalam teori kepemimpinan pendidikan yang memberikan arahan untuk menjadi seorang pemimpin pendidikan yang berhasil mencapai visi atau tujuan yang sudah ditetapkan. Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu mengkombinasikan model-model dan tipe-tipe kepemimpinan  tersebut. Karena keberhasilan seorang pemimpin tidak ditentukan oleh satu model atau tipe dari pemimpin itu sendiri. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menerapkan berbagai model dan tipe kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Seseorang untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan yang disyaratkan dalam Permendiknas No. 13 Tahun2007, yaitu memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut sudah mencakup kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam setiap teori kepemimpinan.

  1. B.   Saran

Untuk perbaikan sistem pendidikan di negara kita, penulis menyarankan kepada pihak terkait dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kota, Provinsi sampai ke Kementrian Pendidikan agar dalam seleksi penugasan guru sebagai kepala sekolah betul-betul dilaksanakan melalui seleksi yang obyektif didasarkan pada kompetensi yang dimiliki.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2012

Lampiran Permendiknas No. 13 Tahun 2007

(http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2012/01/01/ciri-ciri-kepala-sekolah-yang-efektif-2/)

 

CONTOH SOAL UJIAN SEKOLAH KKPI

Berikut ini saya berikan contoh-soal  soal bahan ujian sekolah mata pelajaran KKPI. teori dan praktik.

Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

soal us kkpi UTAMA 2010 kunci jawaban

SOAL UJIAN KOMPUTER JULI 2011

soal bahan us praktik 2012

 

 

SOAL KKPI

Untuk siswa-siswi kelas XI Pemasaran dan Akomodasi Perhotelan, sehubungan dengan pertemuan belajar kita pada semester genap ini sangat terbatas, karena adanya program PRAKERIN, maka bapa beri tugas kepada anda untuk mengerjakan soal-s0al ini. Bapak harap kerjakan dengan baik, jawabannya diketik dengan rapih berikut soalnya, kemudian diprint dan dikumpulkan secepatnya, paling lambat seminggu sebelum pelaksanaan UAS Genap. Untuk menjawabnya anda bisa mencari di internet.

soalnya bapak sisipkan dalam bentuk file word

SOAL TUGAS KELAS XI

DO’A YANG AKAN DITERIMA

Do’a merupakan suatu perbuatan atau tindakan untuk melakukan komunikasi dengan Tuhan atau Yang Maha Suci, para dewa, atau kepada hal yang gaib, yang ditemukan di semua agama atau kepercayaan yang dilakukan disetiap waktu. Do’a merupakan tindakan pribadi atau bersama dengan berbagai cara. Do’a merupakan suatu percakapan, jalinan persahabatan dengan Yang Maha Kuasa.

Setiap kita mempunyai permasalahan, biasanya kita akan mengkomunikasannya dengan orang lain yang kita percayai dapat menyelesaikan masalah kita. Biasanya setelah kita melakukan komunikasi tersebut, beban kita akan berkurang dan bahkan ada yang selesai masalahnya. Dengan komunikasi ini beban hidup akan menjadi berkurang.

Komunikasi antar manusia biasa disebut dengan interpersonal communication, maka komunikasi dengan Tuhan disebut dengan trancendental communcation atau biasa disebut dengan do’a.

Kalau kita ber do’a kepada Tuhan, maka kita telah melakukan komunikasi dengan Tuhan untuk mengadukan pemasalahan kita kepada-Nya

Dalam Islam Allah swt sangat mencintai orang-orang yang rajin bedo’a kepada-Nya sebagaimana disebut dalam hadist “Mintalah anugrah kepada Allah. Sesungguhnya Allah senang untuk diminta” (H.R.Tirmidzi) dan Allah sangat murka kepada orang yang tak berdo’a kepada-Nya sebagaimana disebut dalam hadist “Barangsiapa yang tidak berdo’a kapada Allah, maka murka Allah kepadanya.” (H.R.Tirmidzi)

Agar do’a kita dikabulkan oleh Allah swt. maka perlu kita perhatikan beberapa hal sbb:

Awali do’a dengan Asmaul Husna

Dalam A-Qur’an disebutkan dalam surat Al-A’raf 7:180 “Allah mempunyai Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan.”

Ucapkan dengan kalimat Tauhid

Setelah membacakan Asmaul Husna, maka kita membacakan Kalimah Tauhid sebagai pernyatan dan ekspresi kita kepada Allah yang Maha Esa, Maha Berkuasa, Maha Pengasih dan tiada sekutu bagi-Nya.

Berdo’a dengan prasangka baik

Dalam berdo’a, kita harus berprasangka baik kepada Allah, bahwa Dia akan selalu mengabulkan do’a kita.

Berdo’a dengan hati yang sungguh-sungguh

Allah akan mengabulkan do’a dari hati yang bersih dan sungguh-sungguh. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang tidak bersungguh-sungguh atau setengah hati dalam memohon do’anya.

Berdo’a lah dengan kerendahan hati

Dalam berdo’a kita harus merendahkan hati di hadapan Allah. Allah tidak menyukai orang-orang yang tinggi hati atau sombong. Buanglah kesombongan yang ada dalam diri kita agar Allah mendengar permohona kita.

Berdo’a lah dengan permintaan yang jelas

Kita harus meminta kepada Allah dengan permintaan yang jelas dan terfokus. Kalau kita memintakan sesuatu kepada Allah, maka sebutkan permintaan itu dengan jelas, kalau perlu sebutkan dengan spesifik.

Manfaatkan waktu-waktu yang baik

Do’a itu dapat dilakukan kapan dan dimanapun, tapi coba kita manfaatkan untuk berdo’a di waktu-waktu yang do’a kita lebih didengar oleh Allah swt.

Sepertiga malam

“Rasullah saw. bersabda: Setiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam akhir. Maka Allah berfirman: Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku, pasti Aku kabulkan, dan barangsiapa yang memohon kepada-Ku, pasti Aku beri, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni.” (H.R.Bukhar, Muslim, Tirmidzi)

Tengah malam dan setelah shlat fardhu

“Rasulullah saw. pernah ditanya. ‘Wahai Rasullah, kapankah do’a yang paling didengar Allah?’ Rasullah saw. menjawab: ‘Do’a ditengah malam dan do’a setelah shalat fardhu.” (H.R.Tirmidzi)

Pada saat lapang

“Rasullah saw. bersabda: ‘Barangsiapa yang menginginkan do’anya dipenuhi Allah ketika ia dalam kesulitan, maka hendaklah ia memperbanyak do’a diwaktu lapang.” (H.R.Tirmidzi & Hakim)

Ketika sujud

“Rasullah saw. bersabda: ‘Jarak yang paling dekat antara seseorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika sujud. Maka perbanyaklah do’a ketika sujud.” (H.R.Muslim)

Pada hari Jum’at

“Rasullah saw. bersabda: ‘Pada hari Jum’at itu ada suatu saat yang apabila kebetulan seorang muslim shalat sambil meminta sesuatu kepada Allah swt, maka Allah akan memberinya apa yang ia minta.” (H.R.Muttafaq ‘Alaih)

Antara adzan dan iqamah

“Rasullah saw. bersabda: ‘Do’a antar adzan dan iqamat tidak akan ditolak.” (H.R.Tirmidzi)

Pada hari Arafah

Rasullah saw. bersabda “Alhajju ‘Arafah” yang artinya “puncak ibadah itu wukuf di Arafah”

Perbanyaklah do’a ketika wukuf di Arafah karenaitu merupakan waktu dan tempat terbaik untuk berdo’a.

Kesimpulannya adalah dalam berdo’a kita harus mengetahui adab-adab, waktu untuk berdo’a agar do’a kita idengar oleh Allah swt.